Mestinya kau tak tersesat dalam labirin bola matanya
kaki dan sukmamu tak seharusnya diam dibatas senyumnya..
dan yakinlah segala omong kosong tentang cinta
pastilah kanberakhir dalam kepalsuan kata…
Tuntas sudah sebait prosa yang kalian buat bersama
namun senandungnya tetap tertancap di palung jiwa…
Kau bilang tak mengerti dan amat sukar menyirnakan bayangnya
yang terlanjur menjadi arca di keremangan senja…
Sejujurnya kau pasti tak ingin berlama-lama berputar
dalam kebersamaan tanpa makna tanpa doa…
Adakah kau menyadarinya
ataukah kau tengah mencoba menjadi Yusuf yang mulia…
ataukah hanya sekelas filsuf yang sesat dan hina
Satu tahun dua hari berkurang sudah
jatah hidup tuk kau rayakan bersama burung diangkasa
semestinya kita adalah suluh yang berpijar terangi dunia
bukan berkutat pada laku yang tak semestinya…
Cukup sudah…
sebab kepura-puraan dan dusta bisa saja hanya terhenti
saat maut membelah raga kita semua dan itu pasti…
Kemunafikan dan dosa harus segera diakhiri
sore atau dini hari nanti
sebelum terik mentari membakar puisi ini…
(Sawo Manila,Pejaten 2 Januari 2006)
Satrio Pringgondani
No comments:
Post a Comment